Dalam
sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan
pada pilihan-pilihan atau
alternatif dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan
dengan teori real life choice, yang menyatakan dalam
kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau
membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah
alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan
alternatif dalam penyelesaian masalah yakni upaya untuk menutup
terjadinya kesenjangan antara keadaan saat ini
dan keadaan yang diinginkan.
Matlin(1998)
menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang dihadapi
seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu
pengambilan keputusan. Setelah seseorang berada dalam situasi
pengambilan keputusan maka selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk
mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan
terhadap alternatif yang ada.
Dalam
tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain
berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing
individu. Ada individu yang dapat segera menentukan sikap terhadap
pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada juga
individu lain yang tampaknya mengalami kesulitan
untuk menentukan sikapnya.
Dalam
praktiknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Arroba (1998) menyebutkan 5 faktor faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan, yaitu: (1) informasi yang diketahui perihal
permasalahan yang dihadapi; (2) tingkat pendidikan; (3) personality; (4)
coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan
permasalahan (proses adaptasi); dan (5) culture. Hal senada
dikemukakan Siagian (1991) bahwa terdapat aspek-aspek tertentu
bersifat internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.
Adapun aspek internal tersebut
antara lain :
- Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.
- Aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sementara
aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :
- Kultur. Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
- Orang lain. Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam mengambil keputusan.
Dengan
demikian, seseorang yang telah mengambil keputusan, pada dasarnya dia telah
melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang ditawarkan kepadanya.
Kendati demikian, hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau
pilihan yang tersedia bagi tindakan itu akan dibatasi oleh kondisi dan
kemampuan individu yang bersangkuran, lingkungan sosial,
ekonomi, budaya, lingkungan fisik dan aspek psikologis
Seorang
pemimpin pendidikan harus mampu menjadi pemecah masalah
bagi dirinya dan orang lain. Ini merupakan
konsekuensi logis sebagai seorang pemimpin, karena mau tidak mau, suka tidak
suka, ia harus berani mengambil keputusan. Karena posisinya sebagai problem
solver, ia harus benar-benar memiliki daya analisis yang tinggi, sehingga
keputusan yang diambilnya sudah dipertimbangkan secara matang, yang dapat
dilakukan melalui studi kasus, pengamatan, maupun
wawancara terfokus.
Pemimpin
pendidikan sebagai problem solver dituntut untuk memiliki kreativitas
dalam memecahkan masalah dan
mengembangkan alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif
untiuk memecahkan masalah dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
- Tahap orientasi masalah, yaitu merumuskan masalah dan mengindentifikasi aspek aspek masalah tersebut. dalam prospeknya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalahyang dipikirkan.
- Tahap preparasi. Pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi.
- Tahap inkubasi. Ketika pemecahan masalah mengalami kebuntuan maka biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan bekerja secara otomatis untuk mencari pemecahan masalah.
- Tahap iluminasi. Proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan masalah.
- Tahap verifikasi, yaitu melakukan pengujian atas pemecahan masalah tersebut, apabila gagal maka tahapan sebelummnya harus di ulangi lagi.
Dalam
hal mengambil keputusan, antar individu yang
satu dengan individu yang lain melakukan
pendekatan dengan cara yang tidak sama. Setiap orang mempunyai cara unik dalam
mengambil keputusan. Jadi ada gaya yang berbeda-beda antar
individu yang satu dengan yang lain
dalam melakukan pengambilan keputusan. Harren (1980)
menyebutkan gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara
unik yang dilakukan seseorang di dalam
membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.
Gaya
pengambilan keputusan bersifat melekat pada kondisi seseorang. Gaya
pengambilan keputusan dipelajari dan dibiasakan
oleh individu dalam kehidupannya, sehingga menjadi bagian dan
miliknya serta menjadi pola respon saat individu
menghadapi situasi pengambilan keputusan. Gaya
pengambilan keputusan juga menjadi ciri atau bagian unik dari individu
(Phillips, dkk. 1984).
Harren,
dkk. membedakan pengambilan keputusan ke dalam 2 (dua) gaya pengambilan yang
berseberangan yaitu gaya rasional dan intuitif. Penggolongan dua gaya ini di
dasarkan atas:
- Tingkat individu menggunakan strategi pengambilan keputusan yang bersifat emosional.
- Cara individu mengolah dan menanggapi informasi serta melakukan evaluasi dalam situasi pengambilan keputusan.
0 komentar:
Post a Comment